Kenali Gejala Awal Kerusakan Alat Laboratorium

Sebagai orang yang sehari-hari berkutat di laboratorium, kita paham benar bahwa alat bukan sekadar benda mati, ia adalah “rekan kerja” kita. Tanpa mereka, penelitian mandek, analisis gagal, dan validitas data jadi pertanyaan. Sayangnya, banyak yang baru sadar pentingnya perawatan saat alat sudah menunjukkan tanda-tanda “sekarat”. Padahal, gejala awal kerusakan alat laboratorium sering kali muncul lebih dulu. Hanya saja, kita sering mengabaikannya karena sibuk, terbiasa, atau merasa itu bukan hal besar.
Dalam artikel ini, saya ingin berbagi dari kacamata seorang penjual sekaligus konsultan alat laboratorium, tentang bagaimana mengenali sinyal awal kerusakan alat sebelum semuanya terlambat. Tulisan ini bukan sekadar untuk Anda yang bekerja di lab, tapi juga bagi pemilik institusi, kepala laboratorium, atau teknisi yang bertanggung jawab atas operasional peralatan.
Kenapa Harus Peduli?
Satu alat rusak bisa berdampak sistemik: keterlambatan jadwal riset, pembengkakan biaya operasional, hilangnya sampel penting, bahkan kerusakan reputasi jika menyangkut data publikasi atau hasil uji pihak ketiga.
Apalagi jika alat yang rusak termasuk kategori “major instrument” seperti spektrofotometer, HPLC, GC-MS, atau inkubator CO₂. Belum lagi waktu tunggu sparepart, teknisi, atau kalibrasi ulang setelah servis.
Jadi, kenapa tidak kita tangkap saja sinyal awalnya sejak dini?
1. Performa Mulai Inkonsisten
Gejala paling umum dan sering diabaikan. Misalnya:
- Pembacaan hasil yang fluktuatif padahal sampel sama
- Instrumen butuh waktu lebih lama untuk stabil
- Suara pendingin atau mesin terdengar lebih berisik dari biasanya
- Perubahan temperatur yang tidak linear
Contoh pada alat timbangan analitik: saat hasil timbangan berbeda-beda untuk satu benda yang sama, ini bisa jadi bukan masalah sampel, tapi load cell yang mulai aus atau tidak kalibrasi.
Pesan moralnya: jangan terburu-buru menyalahkan operator atau prosedur sebelum alat dicek.
2. Munculnya Notifikasi atau Error yang Berulang
Beberapa alat canggih sudah dibekali sistem self-diagnosis. Jika sering muncul notifikasi error atau warning, walaupun masih bisa digunakan, itu bukan hal sepele.
Terlalu sering menekan tombol “OK” tanpa respon, lama-lama akan membuat alat mati tota.
Sebagai penjual alat, kami sering menerima permintaan servis darurat untuk unit yang awalnya hanya muncul warning ringan seperti “Temperature Drift” atau “Low Flow Rate”. Padahal jika diperiksa dari awal, penyelesaiannya bisa semudah membersihkan filter atau mengganti o-ring.
3. Waktu Start-Up yang Tidak Normal
Apakah alat Anda butuh waktu lebih lama untuk booting daripada biasanya? Atau butuh restart dua kali baru bisa dipakai?
Ini bisa jadi tanda awal dari:
- Power supply yang mulai lemah
- Komponen board yang terkena lembap
- Sistem pendingin internal yang tidak optimal
Alat yang sehat seharusnya stabil dan konsisten sejak tombol dinyalakan. Perubahan kecil dalam proses start-up patut dicurigai.
4. Perubahan Fisik yang Halus tapi Jelas
Satu hal yang sering dilewatkan karena kita terlalu terbiasa melihat alat setiap hari. Padahal perubahan fisik, meskipun kecil, adalah alarm penting.
Waspadai:
- Tampilan layar mulai redup atau bergaris
- Tombol mulai macet atau tidak responsif
- Kabel power atau konektor terlihat getas
- Munculnya aroma hangus atau panas tidak wajar
Perubahan seperti ini sering dianggap “wajar karena umur alat”, padahal itu adalah gejala awal. Alat juga butuh “pemeriksaan tahunan” layaknya kendaraan.
5. Penurunan Akurasi atau Reproduksibilitas
Ini biasanya paling terasa di alat yang berkaitan dengan analisis kimia atau biologi. Jika Anda sudah melakukan prosedur validasi dan kontrol kualitas secara benar, tapi tetap ada penurunan akurasi atau presisi, besar kemungkinan masalah ada di alat.
Saran saya sebagai penjual: lakukan verifikasi kinerja alat secara berkala, walaupun belum masuk jadwal kalibrasi resmi. Ini akan menyelamatkan data Anda di masa depan.
6. Alat Jadi Lebih Sering Butuh Intervensi Manual
Jika sebelumnya alat bisa berjalan otomatis, tapi sekarang sering butuh campur tangan manusia, bisa jadi komponen mekanisnya sudah aus.
Misalnya:
- Otomatisasi injeksi sampel di HPLC tidak lagi lancar
- Lengan pipetting robotik macet
- Inkubator tidak menutup otomatis
Gejala seperti ini menandakan bahwa beberapa parts perlu diganti atau dilumasi—jangan tunggu sampai total breakdown.
Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan?
Sebagai penyedia alat dan layanan laboratorium, izinkan saya membagikan beberapa langkah proaktif untuk Anda:
- Buatlah log pemantauan alat secara berkala.
Catat hasil yang tidak normal, error, hingga suara yang berbeda. Dokumentasi ini sangat membantu teknisi untuk diagnosa lebih cepat. - Lakukan preventive maintenance.
Hubungi vendor resmi atau distributor berpengalaman untuk jadwal rutin. Jangan tunggu alat rusak dulu baru diperiksa. - Sediakan dana cadangan untuk penggantian parts.
Anggaran tahunan sebaiknya menyisakan porsi untuk penggantian komponen fast-moving seperti seal, filter, atau sensor. - Gunakan hanya aksesoris dan suku cadang resmi.
Terkadang niat hemat bisa jadi bumerang. Komponen KW sering kali mempercepat kerusakan, bukan memperbaiki.
Kesimpulan: Waspada Lebih Baik daripada Panik
Sebagai orang lab, kita punya tanggung jawab menjaga performa alat, bukan cuma supaya riset berjalan lancar, tapi juga agar hasil yang kita hasilkan valid dan bisa dipertanggungjawabkan.
Sebagai penjual alat laboratorium, saya sering melihat bagaimana kerusakan besar sebenarnya bisa dihindari jika gejala awal dikenali lebih dini.
Ingat, kerusakan alat bukan hanya soal biaya perbaikan, tapi juga soal waktu, energi, dan reputasi. Jangan tunggu semuanya jadi darurat. Mulailah dari mengenali tanda-tanda kecil yang selama ini Anda anggap biasa.
Selamat menjaga alat dan semangat berkarya di laboratorium!

Tuliskan Komentar