Cara Mudah Rawat Alat Lab Tanpa Ribet


Sebagai orang yang sudah cukup lama bekerja di laboratorium—entah itu di industri, institusi pendidikan, atau lembaga riset—kita semua sepakat bahwa alat lab adalah salah satu aset paling krusial. Tapi sayangnya, urusan perawatan alat sering kali jadi hal yang… ya, jujur saja, suka ‘dikesampingkan’. Alasannya macam-macam: sibuk, lupa, atau merasa itu bukan bagian tugas kita.
Padahal, merawat alat lab itu nggak harus ribet kok. Dengan langkah-langkah sederhana tapi konsisten, kamu bisa memperpanjang umur alat, menjaga akurasi data, dan tentunya menghindari biaya perbaikan besar di kemudian hari. Yuk, kita bahas cara rawat alat lab yang simpel tapi efektif, dengan gaya yang bisa diterapkan siapa saja—bahkan di tengah kesibukan kerja harian.
Kenapa Perawatan Alat Lab Itu Penting?
Sebelum masuk ke tips praktis, penting buat kita kembali mengingat: kenapa sih alat lab perlu dirawat?
- Menjaga Akurasi Hasil – Alat yang kotor, aus, atau tidak dikalibrasi bisa menyebabkan hasil yang bias.
- Mencegah Kerusakan Dini – Banyak alat rusak bukan karena usia, tapi karena dipakai tanpa dirawat.
- Meningkatkan Keamanan Kerja – Alat yang bermasalah bisa jadi bahaya, apalagi yang pakai tekanan tinggi atau listrik.
- Mempermudah Audit dan Sertifikasi – Dokumen perawatan rutin bikin lab kamu tampil lebih profesional saat diaudit.
Prinsip Utama Merawat Alat Lab: Ringkas, Rutin, Relevan
- Ringkas: Tidak perlu langkah-langkah yang ribet. Fokus pada hal-hal dasar yang penting.
- Rutin: Lebih baik perawatan sederhana tapi dilakukan setiap hari daripada perawatan besar yang cuma setahun sekali.
- Relevan: Sesuaikan perawatan dengan jenis alat dan penggunaannya. tidak semua alat lab butuh perlakuan yang sama.
1. Bersihkan Setelah Digunakan
Ini adalah aturan emas yang sering diabaikan. Setelah anda selesai memakai alat lab, biasakan untuk segera dibersihkan. Gunakan bahan pembersih yang sesuai, seperti:
- Alkohol 70% untuk alat kaca
- Larutan buffer untuk elektroda pH
- Sikat lembut untuk bagian kecil dan sensitif
Jangan biarkan sisa bahan kimia mengering dan jadi kerak. Selain bikin tampilan alat kusam, ini juga bisa merusak bagian internalnya.
2. Simpan Alat Sesuai Panduan
Kadang kita lupa bahwa penyimpanan yang salah bisa mempercepat kerusakan. Misalnya:
- Timbangan analitik harus disimpan di ruang bebas getaran dan debu
- pH meter jangan dibiarkan begitu saja kering, simpan elektroda dalam larutan pembersih
- Alat berbasis optik (seperti spektrofotometer) sebaiknya disimpan dalam ruangan dengan kelembapan terkontrol
Baca kembali manual book alat kamu. Di sana biasanya ada panduan penyimpanan yang ideal.
3. Cek Fungsi Harian
Sebelum mulai kerja, biasakan cek fungsi dasar alat:
- Timbangan: pastikan display normal, stabil
- Oven: cek suhu aktual vs. suhu target
- Waterbath: pastikan suhu stabil dan air bersih
- Spektro: nyalakan dan tunggu pemanasan sesuai waktu rekomendasi
Kalau ada tanda-tanda nggak normal, catat dan laporkan. Deteksi dini bisa mencegah masalah besar.
4. Kalibrasi Secara Berkala
Kalibrasi adalah bagian dari perawatan juga. Meskipun dilakukan oleh teknisi atau lembaga kalibrasi, pastikan kamu:
- Tahu jadwal kalibrasi tiap alat
- Menyimpan sertifikat dan laporan kalibrasi dengan rapi
- Memberi label ‘Kalibrasi Terakhir’ dan ‘Kalibrasi Selanjutnya’
Alat yang sudah waktunya dikalibrasi tapi tetap dipakai bisa jadi penyebab data salah total.
5. Catat Semua Aktivitas di Logbook
Logbook bukan cuma formalitas. Ini jadi alat monitoring yang sangat membantu saat audit dan troubleshooting. Catat:
- Tanggal pemakaian
- Perawatan ringan yang dilakukan
- Masalah teknis yang muncul
- Jadwal servis dan kalibrasi
Gunakan format digital kalau memungkinkan. Bisa pakai Google Sheet biar semua staf lab bisa akses dan update.
6. Lakukan Servis Berkala
Walaupun kamu sudah rawat alat dengan baik, tetap perlu ada pemeliharaan dari teknisi profesional. Umumnya servis dilakukan tiap 6–12 bulan, tergantung jenis alat dan frekuensi pemakaian. Servis ini mencakup:
- Pembersihan bagian dalam
- Penggantian komponen aus
- Update firmware/software jika ada
- Pengujian ulang fungsi utama
7. Jangan Asal Pakai
Kadang alat rusak bukan karena usia atau keausan, tapi karena dipakai di luar batas normalnya. Contoh:
- Timbangan 200g dipakai untuk beban 300g
- Alat centrifuge dipaksa untuk muter dengan tabung yang tidak balance
- pH meter dicelup ke larutan kental atau asam kuat tanpa proteksi
Pahami batas spesifikasi alat. Kalau kamu nggak yakin, lebih baik tanya atau baca lagi manualnya.
Studi Kasus: Cara Sederhana yang Efektif
Di sebuah laboratorium pengujian lingkungan di Bandung, staf lab diwajibkan mengisi checklist harian alat sebelum dan sesudah digunakan. Dari pH meter, DO meter, sampai spektro. Dalam 1 tahun, tingkat kerusakan alat menurun 60%, dan mereka lolos audit ISO 17025 tanpa temuan soal alat. Buktinya? Perawatan sederhana bisa sangat berdampak.
Tips Bonus: Edukasi Tim Lab Secara Berkala
Semua langkah di atas akan percuma kalau hanya dipahami oleh satu-dua orang. Maka penting untuk:
- Buat SOP ringkas perawatan alat
- Adakan briefing rutin minimal sebulan sekali
- Libatkan teknisi dalam pelatihan alat baru
Semakin semua tim sadar pentingnya merawat alat, semakin ringan beban kamu sebagai senior atau penanggung jawab lab.
Kesimpulan: Merawat Alat Lab Nggak Perlu Bikin Ribet
Merawat alat laboratorium itu bukan kerjaan tambahan, tapi bagian dari budaya kerja profesional. Dan kabar baiknya, perawatan yang baik nggak selalu berarti langkah besar atau biaya mahal. Yang penting konsisten, teliti, dan peduli.
Dengan sedikit disiplin, kamu bisa pastikan alat selalu siap kerja, hasil uji lebih akurat, dan lab kamu tampil prima setiap saat. Karena di balik data yang presisi, ada alat yang sehat—dan di balik alat yang sehat, ada teknisi dan analis yang merawatnya dengan tanggung jawab.



Tuliskan Komentar